BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Pakaian adalah salah satu kebutuhan penting juga
penunjang penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang
memakainya.
Begitu banyak gaya hidup yang dianut oleh manusia pada
saat ini. Dari tingkat bawah sampai atas manusia memiliki gaya hidup dalam
berpakaian yang berbeda-beda seiring dengan kemauan, kemampuan, kebutuhan,
status social, daya beli, dll.
Dari hal di atas maka produsen dituntut agar bisa
memahami kebutuhan manusia yang memiliki gaya hidup bermacam-macam. Agar
produsen bisa membuat dan menyesuaikan produk pakaian yang dikeluarkan agar
tepat sasaran maka wajib untuk memperhatikan hal tersebut.
1.2.
Rumusan
masalah
1.2.1. Seberapa
penting pakaian bagi manusia ?
1.2.2. Hubungan
pakaian dengan gaya hidup ?
1.2.3. Pengaruh
harga terhadap daya beli konsumen ?
1.2.4. Gaya
berpakaian sesuai tingkat social manusia ?
1.3.
Tujuan
penulisan
Agar kita belajar memahami keinginan konsumen yang dapat
dilihat dari tingkatan kehidupan konsumen itu sendiri.
BAB II KAJIAN TEORI
2.1. TEORI KEBUTUHAN MASLOW
Abraham
Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki
kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid,
orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu
dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow.
1.
Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen,
makanan, air, dan suhu tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat
karena jika seseorang tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang
pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.
2.
Kebutuhan Keamanan
Sesudah kebetuhan fisiologis terpenuhi kemudian muncul kebutuhan
keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hokum, keteraturan, batas, kebebasan
dari rasa takut dan cemas. Misalnya saja rumah untuk berteduh.
3. Kebutuhan Cinta,
sayang dan kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas,
kelas berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul.
Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan
keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih sayang dan
memberikan rasa memiliki.
4. Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa
menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang
mendapat penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas,
berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari orang lain.
Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan berharga sebagai
orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa rendah, lemah, tak
berdaya dan tidak berharga.
5. Kebutuhan
Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah
kebutuhan untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi
diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir
untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan
penyair harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam
tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu,
singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai atau
diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa orang itu
gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang ingin ketika ada
kebutuhan untuk aktualisasi diri.
2.2. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen
Dalam Berpakaian
1.
Faktor
Kebudayaan
Faktor kebudayaan berpengaruh luas dan mendalam terhadap
perilaku pembelian konsumen dalam factor kebudayaan ini terdapat beberapa
komponen antara lain budaya merupakan factor penentuan yang paling mendasar
dari keinginan dan perilaku seseorang karena kebudayaan menyangkut segala aspek
kehidupan manusia.
Menurut kotler kebudayaan adalah determinan paling
fundamental dari keinginan dan perilaku konsumen. Sub-sub budaya terdiri dari
kebangsaan agama, kelompok ras,dan daerah geografis. Banyak sub budaya yang membentuk
segmen pasar penting dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran
yang diseasuaikan dengan kebutuhan mereka. Jadi factor kebudayaan yang mempengaruhi
pembelian konsumen dari segi pakaian sangat berpengahuh terhadap pembelian konsumen.
misalnya konsumen di Indonesia lebih memilih membeli batik dibandingkan membeli
kain sari dari Negara india karena batik merupakan pakaian kebudayaan asal
Indonesia, dan oleh karena itu konsumen di Indonesia akan lebih memilih membeli
batik yang berasal dari Negara Indonesia dibandingkan dengan membeli kain sari
yang berasal dari india.
2.
Faktor
Sosial
Selain factor budaya prilaku seorang konsumen juga
dipengaruhi oleh factor-faktor social. Seperti kelompok acuan, keluarga, serta
peran dan status. Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang
memiliki pengaruh langsung atau tidak
langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang.
Factor keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen
yang paling penting dalam masyarakat. Factor peran dan status meliputi kegiatan
yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Jadi factor social yang
mempengaruhi pembelian konsumen dari segi pakaian misalnya status seorang
manajer dengan office boy akan berbeda selera pembelian pakaian mereka dari
segi harga,kualitas, dan tempat pembelian pakaian tersebut karena dipengaruhi
status social orang tersebut karena
tingkatan pendapatan yang berbeda.
3.
Faktor
Pribadi
Factor pribadi merupakan cara mengumpulkan dan
mengelompokkan kekonsistenan reaksi seseorang individu terhadap situasi yang
terjadi dalam membeli sesuatu juga dipengaruhi oleh factor kepribadian dari
konsumen yang bersangkutan. Jadi factor pribadi yang mempengaruhi pembelian
konsumen misalnya dari segi usia seorang konsumen akan memakai pakaian sesuai dengan usia mereka, misalnya anak-anak akan
mengunakan pakaian anak-anak, dari segi jenis kelamin misalnya seorang wanita
akan memakai rok atau pakaian feminime seperti dres dan pria akan lebih memilih
memakai pakaian yang maskulin seperti t-shirt, dan jaket.
4.
Faktor
psikologi
Pilihan pembelian konsumen oleh 4 faktor psikologi utama
yaitu motivasi, presepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian. Motivasi
konsumen memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu, presepsi seseorang
konsumen yang termotivasi akan siap untuk bertindak bagaimana seorang konsumen
yang termotivasi akan dipengaruhi oleh presepsinya terhadap situasi tertentu.
factor psikologi yang mempengaruhi pembelian konsumen dari segi pakaian
misalnya seseorang sudah terbiasa membeli pakaian dengan merk zara maka
seseorang tersebut jika pergi ke pusat perbelanjaan akan lebih memilih pakaian
dengan merk zara dibandingkan merk lainnya karena factor psikologi yang sudah
terbiasa, nyaman dan puas dengan merk tersebut.
BAB III PEMBAHASAN
PAKAIAN BAGI MANUSIA
3.1. Pentingnya
Pakaian Bagi manusia
Pakaian
adalah salah satu kebutuhan pokok bagi manusia, tanpa pakaian manusia tidak
dapat menutupi tubunya dengan aman. Pakaian juga adalah hal penting untuk
menunjang penampilan, dengan pakaian manusia dapat memiliki kepercayaan diri
dihadapan manusia lainnya.
Pakaian
adalah pelindung tubuh yang paling utama dari hal-hal lain seperti perawataan-perawataan
kulit dan sebagainya. Manusia dapat merasakan manfaat dari pakaian yaitu : penutup badan dari sengatan panas matahari,
menutupi aurat, penunjang penampilan agar terlihat lebih baik dan percaya diri,
dll.
3.2. Hubungan
Pakaian Dengan Gaya Hidup
Seiring
majunya perkembangan jaman fasion pun menjadi hal yang penting bagi manusia
saat ini. Misalnya fasion dalam hal berpakaian saat ini merupakan hal paling
penting bagi sebagian orang.
Banyak
model pakaian yang bisa manusia pakai untuk menutupi tubuhnya atau bahkan
menjadi penunjang penampilan mereka. Contohnya model pakaian muslim untuk orang
muslim yang mengenakan kerudung, baju pesta untuk orang yang senang menghadiri
undangan hiburan, jamuan, dll.
Begitu
banyak model pakaian di dunia ini sehingga banyak pula gaya yang disenangi
manusia dalam berpakaian sesuai dengan gaya hidup mereka.
Tetapi
tidak sedikit juga manusia yang memilih pakaian berdasarkan kenyamanan bukan
mengutamakan penampilan, contohnya pemakaian kaos oblong agar simple untuk melakukan
kegiatan tanpa merasa repot.
3.3. Pengaruh
Harga Pakaian Terhadap Daya Beli Konsumen
Pakaian
bermerek dan mempunyai daya jual tinggi mungkin tidak jadi masalah untuk orang
yang memiliki uang, tetapi untuk orang yang mempunyai daya beli yang rendah hal
tersebut bukanlah hal yang harus diutamakan pada saat akan membeli.
Orang
yang memiliki daya beli tinggi biasanya memperhatikan merek dan kualitas pada
saat akan mmbeli, berbanding terbalik dengan orang yang daya belinya rendah
mereka cenderung mengutamakan harga, kenyamanan contohnya pakaian murah, bagus
dilihat dan enak dipakai maka mereka akan langsung tertarik dengan pakaian
tersebut dan langsung membelinya sesuai kemampuan daya beli mereka.
3.4. Gaya
Berpakaian Sesuai Tingkatan Sosial Manusia
Bermacam-macam
tingkatan social manusia di dunia ini. Dari tingkat bawah sampai atas memiliki
gaya berpakaian berbeda pula.
Dilihat
dari tingkatan social yang paling rendah contohnya seorang pedagang kaki lima
yang penghasilannya hanya untuk kebutuhan pokok saja maka dapat terlihat jelas
mereka belum memikirkan penampilan atau cara berpakaian, mereka lebih
memikirkan hal lain seperti makan untuk sehari-hari dibanding membeli pakaian.
Kemudian
dari tingkat social menengah manusia sudah mulai memperhatikan gaya
berpakaiannya, misalnya seorang guru SD senang membeli pakaian yang terlihat
sopan dan rapi dengan harga yang lumayan. Mereka juga mulai memperhatikan merek
dan kualitas tetapi mereka juga masih membanding-banding harga saat akan
membeli dan melihat kemampuan daya belinya sendiri
Lalu
dari tingkat social atas yang sudah memiliki segaalanya.dapat kita lihat bahwa
mereka sudah bahkan amat sangat memperhatikan gaya berpakaian dan sebagai
penunjang penampilan mereka. Mereka beranggapan pakaian mencerminkan bagaimana
sosok dan kepribadian seseorang. Misalnya seorang pengusaha sukses dan ternama
lebih memilih pakaian yang bermerek, berkualitas dan memiliki daya jual atau
harga yang tinggi dengan alasan agar mereka tidak dipandang sebelah mata oleh
lawannya.
Harga
yang sangat amat mahal untuk sebuah pakaian tidak dipermasalahkan mereka,
karena mereka lebih mengutamakan pengakuan diri dari cara mereka menonjolkan
diri dari cara berpakaian. Berbeda dengan tingkat menengah dan bawah yang masih
memperhatikan harga.
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat
disimpulkan bahwa pakaian akan dipilih konsumen sesuai dengan yang mereka
butuhkan dan mereka sukai sesuai dengan daya beli.
Dan
tidak menutup kemungkinan bahwa merek dan kualitas menjadi acuan untuk membeli ketika
konsumen memiliki daya beli yang mulai meningkat.
Pembelian
pakaian oleh konsumen juga sangat dipengaruhi oleh banyak factor.
0 komentar:
Posting Komentar